Pintu Tanpa Ruang

 Sibuk mencari bahagia sendiri, lupa kalau bisa menemukan bahagia berdua. 


Katanya manusia itu makhluk yang istimewa. Alkisah dahulu, manusia adalah makhluk yang kuat, dua tubuh menjadi satu. Begitu hebatnya hingga si Dewa egois merasa iri hati dan memisahkan mereka. Keduanya berakhir mencari keberadaan masing-masing dengan lara. Kesedihan ini membuat Dewa yang lain iba. Hingga tercipta sebuah kutukan, kelak ketika mereka saling menemukan lagi, keduanya akan kembali menaklukkan dunia. 

Cerita itu bergerak dari mulut ke mulut. Waktu berlalu, cerita hanya jadi legenda. Tapi manusia tetap mencari cara untuk mengisi kekosongan hatinya. Yang beruntung, bertemu dengan belahan jiwanya dalam waktu singkat. Yang lain, selalu memanjatkan doa kepada semesta, agar segera dipertemukan dengan dia yang memegang ikatan karma. 

Tapi, tidak sedikit ada yang menyangkal. Bahwa sendiri lebih sederhana. Bahwa berdua tidak selamanya lebih mudah. Lalu mereka sibuk mencari bahagianya di tempat yang lain. Di balik gedung pencakar langit, di balik kemudi, di balik lensa, di balik sepatu dan lantai dansa, di balik pintu-pintu tanpa ruang. 

Mereka yang sudah bersama, mengikat janji dan sumpah setia, sehidup semati katanya, berkata untuk jangan menyerah. Sampai tiba masanya, berbagi kebahagiaan akan membuat siapa saja lebih bahagia. Tapi, bagaimana bisa berbagi kalau masih ada diri yang tidak mengerti? Bukankah sebelum mampu memberi bahagia, harus memastikan sudah ada hati yang suka cita?

Nyatanya, masih ada hati yang kosong diisi dengan ambisi.
Hasrat satu malam dan seteguk kenangan tertinggal di sisi. 
Hati yang patah dan belum tentu tumbuh,
ada yang lebur dan tidak kembali utuh.   
Ada yang belum siap menerima konsekuensi. 
Resiko kalau alih-alih berbagi eksistensi, malah saling berbagi ilusi. 

Namun, bagaimanapun juga semoga yang berdua tetap bertahan. Yang tidak menyerah pada harapan, semoga selalu dikuatkan. Yang telah berserah pada kuasa semesta, semoga tetap mencinta. Ada pintu yang dibiarkan tertutup, ada pintu yang harus dibuka untuk dihibur, ada pula pintu yang perlu dijamu jadi jangan lupa bahagiamu, tanggung jawabmu.

Hidup adalah kombinasi dari jutaan pilihan, keputusan, dan pertemuan. Kalau merasa kehilangan adalah sebuah kutukan, mungkin sepi adalah teman. Hidup terlalu lampau hingga lupa rasanya sedih, riuh membuka pintu demi pintu, sampai menemukan jalan. Diam di tengah langit tidak berbatas, menuju takdir yang diharapkan. 





-QN


Komentar

Postingan Populer