Queala Nadir


Kau sebut asap yang kuhembuskan akan membawa pergi sedih
Namun sedihku pergi, hirau kuhisap kembali


Sudah kulupa rasanya berdua,
Sediri merindu dekapan rembulan yang telah sirna dua puluh empat jam lamanya
Setiap detik berharap bisa berbagi tiga puluh empat purnama bersama
Sering kali kududuk tak berhadap di mimpi yang jaraknya setengah kali luas realita

Aku hanya berkawan dengan diksi yang sulit kaupahami
Apalagi arti diri
Tapi aksaraku siap melengkapi untaian analogi yang kau buat tanpa kompromi
Jadi, jangan salahkan keputusanku untuk menyepi
Kubaca isyarat vena di pergelangan bertinta biru –sekarang memerah
Seakan berkata takdirku ditemani kelam dan lara
Mana yang harus kupercaya,
Arteri yang berdenyut penuh usaha
Atau vena yang terlihat baik-baik saja namun terluka?

Dan kuhisap sekali lagi gelisah serta risauku,
Bercumbu dengan antologi puisi hitam putih
Sendiriku nadir, jarang hadir –luar biasa.









QN

Komentar

Postingan Populer