Apa Kabar, Puan?
Ingin hati menceritakan kisah si puan. Si puan yang sering duduk disebelahku di kelas. Si puan yang hobi melamun. Si puan yang tidak bertuan. Si puan yang menemani berjalan di kala bosan. Si puan yang ini, si puan yang itu. Si puan yang begini, lalu begitu.
Si puan masih dalam kelananya. Mencari pujaan yang entah sedang dimana. Si puan tertawa, si puan bercerita. Tapi yang banyak tertawa menyimpan luka. Oh puan, kamu terluka?
Puan dicaci. Puan dibenci. Namun puan masih sanggup berdiri sendiri. Ketika sepi melanda, puan tidak menangis. Walau hati teriris, dia pulang dengan miris, tetap membawa senyum yang manis.
Dunianya tidak gemerlap. Terlihat sedikit suram. Abu-abu dan kurang berwarna. Aku paham betul, ketika orang berbuat seenaknya. Puan hanya menganggap itu sebagai gurauan, selalu. Entah kamu mudah dibohongi atau senang dibodohi.
Apa puan tidak lelah? Tidak bisakah puan berhenti saja? Saat orang menjadikanmu bahan candaan. Tidak ada habisnya. Puan berpesan, "Biarlah, mereka akan berhenti sendiri pada waktunya."
Ingin rasanya merengkuh puan. Berharap kelak ada seseorang yang bisa memperbaiki bagian di dalam dirinya yang sudah rapuh. Menghapus peluh. Mengobati sakit dan dukanya terdahulu. Semoga Tuhan selalu memperpanjang batas kesabaranmu.
Puan, aku ingin berpesan.
Berhati-hatilah jika kelak aku tidak lagi bisa mendampingimu. Jangan buat dirimu dibodohi lagi karena kamu lebih dari itu. Kamu penuh cinta dan kamu sangat berhak untuk bahagia. Jangan lagi perdulikan mereka yang senang mencemooh. Atau mereka yang hanya mendekatimu untuk sebuah maksud bodoh.
Berdiri dan berjuanglah untuk dirimu sendiri. Kamu pantas menggapai mimpi yang sudah kau rajut selama ini. Bertemanlah dengan mereka yang memang pantas disebut teman. Berjalanlah di jalan yang kau pilih. Jagalah dirimu seperti kamu menjaga imanmu.
Karena nanti aku jauh,
aku harap ada yang bisa menggantikanku
untuk mendekapmu saat lelah dengan dunia yang lalu.
Aku harap ada yang melihat bukan hanya ragamu,
seperti aku yang bisa menilai dan memaknaimu dengan lugu.
#Poethoughts
#universechild
Si puan masih dalam kelananya. Mencari pujaan yang entah sedang dimana. Si puan tertawa, si puan bercerita. Tapi yang banyak tertawa menyimpan luka. Oh puan, kamu terluka?
Puan dicaci. Puan dibenci. Namun puan masih sanggup berdiri sendiri. Ketika sepi melanda, puan tidak menangis. Walau hati teriris, dia pulang dengan miris, tetap membawa senyum yang manis.
Dunianya tidak gemerlap. Terlihat sedikit suram. Abu-abu dan kurang berwarna. Aku paham betul, ketika orang berbuat seenaknya. Puan hanya menganggap itu sebagai gurauan, selalu. Entah kamu mudah dibohongi atau senang dibodohi.
Apa puan tidak lelah? Tidak bisakah puan berhenti saja? Saat orang menjadikanmu bahan candaan. Tidak ada habisnya. Puan berpesan, "Biarlah, mereka akan berhenti sendiri pada waktunya."
Ingin rasanya merengkuh puan. Berharap kelak ada seseorang yang bisa memperbaiki bagian di dalam dirinya yang sudah rapuh. Menghapus peluh. Mengobati sakit dan dukanya terdahulu. Semoga Tuhan selalu memperpanjang batas kesabaranmu.
Puan, aku ingin berpesan.
Berhati-hatilah jika kelak aku tidak lagi bisa mendampingimu. Jangan buat dirimu dibodohi lagi karena kamu lebih dari itu. Kamu penuh cinta dan kamu sangat berhak untuk bahagia. Jangan lagi perdulikan mereka yang senang mencemooh. Atau mereka yang hanya mendekatimu untuk sebuah maksud bodoh.
Berdiri dan berjuanglah untuk dirimu sendiri. Kamu pantas menggapai mimpi yang sudah kau rajut selama ini. Bertemanlah dengan mereka yang memang pantas disebut teman. Berjalanlah di jalan yang kau pilih. Jagalah dirimu seperti kamu menjaga imanmu.
Karena nanti aku jauh,
aku harap ada yang bisa menggantikanku
untuk mendekapmu saat lelah dengan dunia yang lalu.
Aku harap ada yang melihat bukan hanya ragamu,
seperti aku yang bisa menilai dan memaknaimu dengan lugu.
#Poethoughts
#universechild
Komentar
Posting Komentar